Manado, 22 Desember 2011
Special for My Lovely Mom
Semoga Allah senantiasa merahmatimu Wahai Ibu
Salam cinta penuh kasih dan rinduku hanya untukmu ...
Detik masih terasa berdetak. Waktu seolah terus bergulir merangkai begitu banyak kisah suka maupun duka. Tak terasa usiaku akan segera beranjak 20 tahun. Aku mulai dewasa. Kuputar rekam jejak perjalanan kehidupanku dari masa silam hingga sekarang. Hatiku terlena mengenang sengkarut cerita-cerita itu. Ada bahagia yang bercampur sedih tatkala pandanganku terpaut pada sosok yang begitu istimewa dalam hidupku. Tak ada yang mampu menggantikannya dalam relung hati dan pikiranku. Dialah Ibuku tercinta.
Mak. Aku lebih suka menyapamu dengan panggilan itu. Lidahku telah terbiasa sejak kecil melontarkan kata itu jika hendak menyapa atau memanggilmu. Mak tahu kan, tak ada yang mengetahui batas usia seseorang. Sama halnya denganku. Aku tak tahu kapan Tuhan memanggilku. Tahukah Mak? Jika Tuhan memanggilku sekarang, yang kusedihkan bukanlah perpisahan dengan dunia ini. Namun, yang membuat hatiku sedih adalah apa yang harus kukatakan kelak kepada Allah jika aku belum bisa mengulas senyum bahagia di wajahmu. Aku sedih dan merasa tak ada apa-apanya jika belum bisa membahagiakanmu di dunia yang singkat ini, Mak.
Mak, melalui surat cinta sederhana ini, izinkanlah anandamu ini mencurahkan begitu banyak rasa dalam dada. Rasa yang selama ini kadang berkecamuk tak menentu. Namun juga kadang bergelora tak bertepi penuh cinta. Surat ini kutulis untukmu seorang, Mak. Special for my lovely mom. Sosok tercantik dan teranggun yang selalu hadir dalam hatiku. Kuharap Mak tersenyum membacanya karena kutahu betapa besarnya cinta Mak padaku.
Wahai Ibuku yang lembut dan cantik hatinya, aminkanlah ini ...
Tak berhingga banyaknya syukur yang telah kupanjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Tuhan yang Maha Rahman lagi Maha Rahim atas segala nikmat yang telah Dia anugerahkan kepadaku. Mak, kau adalah anugerah terbesar dari-Nya untukku. Syukur terbesarku karena engkau masih diberikan nikmat kesehatan dan keimanan oleh Allah hingga saat ini. Kau yang telah mengandungku selama sembilan bulan, melahirkanku, menyapihku selama dua tahun hingga mendidik dan mengajariku berbagai hal serta membesarkanku sehingga bisa seperti sekarang ini. Air mataku menetes mengenang masa-masa terberat itu Mak. Aku tak mungkin pernah bisa membalas segala yang telah Mak berikan untukku. Semoga Allah senantiasa merahmatimu dengan penuh cinta, Mak.
Ibuku yang begitu hebat, bacalah ini ...
Mak, aku masih bisa merasakan hangat dan mesranya dekapanmu ketika aku masih kecil. Bahkan hingga sekarang dekapan hangat cintamu itu masih terus kau berikan. Meskipun agak risih tapi jujur aku suka itu, Mak. Aku suka dipeluk olehmu. Mak tak hanya memeluk tapi juga membelai rambutku. Dan itu yang sering membuatku rindu jika ku jauh darimu Mak. Mak memang sungguh hebat dan begitu luar biasa bagiku.
Ketika aku masih kecil dan tak tahu apa-apa, Mak selalu setia menjagaku saat kutertidur di atas kasur dengan wajah lucu dan menggemaskan. Mak selalu mendendangkan lagu khas Makassar yang penuh harapan dan doa-doa sebagai pengantar tidurku. Mak terus menjagaku dan memastikan agar aku bisa menikmati mimpi-mimpi kecilku dengan nyaman. Meskipun waktu tidur Mak sering terusik oleh jeritan-jeritanku di tengah malam karena kehausan. Tak hanya itu, Mak membersihkan kotoranku, memandikanku, menyisir rambutku hingga mengenakan pakaian yang bagus dan bersih untukku. Begitu banyak hal yang telah Mak lakukan untukku hingga kini kuberanjak tumbuh dewasa dan menjadi pria tampan menurut Mak. Semuanya tak mampu kulukiskan satu per satu, Mak. Mak tak pernah mengeluh melakukan semua itu. Satu hal yang kutahu pasti, pengorbanan Mak begitu ikhlas penuh cinta untukku. Mak begitu hebat dalam hidupku.