Kamis, 03 Januari 2013

1 Pertanyaan yang Menyadarkanku


1 Pertanyaan yang Menyadarkanku 
Oleh Amir Tjolleng
Manado, 2003 Sekitar pukul 07.30 WITA
            Ini adalah kisahku ketika aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Pagi itu kami sedang belajar matematika. Bu Guru mengajarkan kami tentang materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Aku berusaha menyimak dengan baik penjelasannya. Tetapi aku masih tetap saja bingung. Jujur, aku belum terlalu mengerti materi tersebut sejak SD. Melihat raut wajahku yang kebingungan, tiba-tiba Guruku menanyakan satu pertanyaan kepadaku.
            “Amir, berapa hasil dari soal nomor satu itu?” Tanya guruku seraya melayangkan pandangan tepat ke arahku. Tangan kanannya yang masih memegang kapur menunjuk salah satu pertanyaan di papan tulis. Pertanyaanya kurang lebih begini : -86-(-30)+59-100 = ...

            Kelas terasa hening seketika. Aku diam mencoba bungkam. Guruku terus menatapku. Aku menoleh ke kiri dan kanan dan dengan kepolosanku waktu itu aku menjawab dengan pelan, “Aku belum tahu, Bu.”
            Kulihat guruku menggelengkan kepala berulang kali ke kiri dan ke kanan. Aku telah mengecewakan guruku, pikirku detik itu.
            Tak berselang lama, temanku yang duduk di sampingku segera mengacungkan tangan untuk meminta izin menjawab soal tersebut lalu menjawabnya dengan benar. Seketika itu juga aku merasa malu. Malu pada guruku. Malu pada teman-temanku. Malu pada orang tuaku. Terlebih malu pada diriku sendiri. Aku malu mengapa temanku tahu sedangkan aku tidak. Aku sedih mengapa tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku menyesal mengapa tidak kupelajari dengan baik pelajaran itu semenjak SD dulu. Aku juga bisa jika mau belajar dengan serius dan sungguh-sungguh, batinku. Sejak kejadian pagi itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk belajar lebih giat dan berlatih lebih semangat. Aku mulai menyukai matematika lalu mengikuti berbagai kompetisi matematika hingga menjuarai beberapa perlombaan di bidang tersebut.
            Kini ketika membayangkan pertanyaan itu kembali, aku sering tersenyum-senyum sendiri dan bertanya dalam hati mengapa aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu padahal mudah sekali.
            Ya, pertanyaan itu memang sangat mudah bagiku kini tapi terasa begitu sukar kala itu. Kita diuji sesuai kemampuan kita.
            Buat adik-adikku yang hebat, semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian untuk belajar dengan tekad ingin tahu yang kuat dalam menyambut semester baru minggu depan.
Tetapkanlah target-target luar biasa kalian mulai sekarang. Raihlah berbagai prestasi hebat di usia muda kalian. Kalian pasti bisa! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar